Rabu, 16 Oktober 2013

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Tentang Materi Ajar Perkalian Melalui Penggunaan Metode Elaborasi (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011)


A.    Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Tentang Materi Ajar Perkalian Melalui Penggunaan Metode Elaborasi (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011)
B.     Nama Penulis
Musaroh, S.Pd.SD (Guru SD Negeri 2 Legokjawa)
C.    Bidang Kajian
Perkalian pada Matematika Kelas VI SD
D.    Abstrak
ABSTRAK
Kata Kunci: Peningkatan, Aktivitas dan Hasil Belajar, Perkalian, Metode Elaborasi
Sebelum penelitian ini dilakukan, dapat diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian, kurang sesuai dengan harapan. Diduga kuat hal ini disebabkan oleh pengelolaan proses pembelajaran kurang dilakukan secara profesional oleh guru. Penggunaan metode yang kurang tepat, menjadi salah satu bagian dari sebab akibat terjadinya persoalan ini.Untuk mengatasinya digunakan metode elaborasi. Adapun pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, pertama terkait dengan langkah-langkah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian dengan menggunakan matode elaborasi,dan kedua terkait dengan efektivitas penggunaan model tersebut dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam rangka itu berpegang pada teori serta metodologi yang telah ditetapkan.Bertolak dari sini direncanakan dua siklus kegiatan pembelajaran. Dalam setiap tahapnya menempuh langkah-langkah berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Setelah prosesi tersebut ditempuh oleh guru dan siswa, serta setiap kegiatan yang berlangsung diamati oleh pengamat, akhirnya diperoleh data untuk diolah atau dianalisis.Berdasarkan hasil analisis atau pembahasan terhadap data hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk menjawab pokok masalah penelitian, yakni sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah menggunakan metode elaborasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian,  baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 diawali dengan menyusun rencana pelaksanakan pembelajaran. Langkah selanjutnya, guru dan siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sesuai dengan rencana. Selama proses sedang berlangsung, aktivitas dan hasil belajar siswa dievaluasi dan ditindaklanjuti secara cermat.
2.      Penggunaan metode elaborasi dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa.

E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar, khususnya di Sekolah dasarakan menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan berikutnya. Hal ini dapat dimaklumi, tentunya dengan berbagai alasan yang normatif, terutama karena pada jenjang pendidikan dasar ini siswa dibekali dengan berbagai kemampuan dasar matematika, seperti yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah dasar khususnya untuk Mata Pelajaran Matematika di masing-masing kelas. Tanpa memiliki kemampuan yang sangat mendasar ini, tidak mungkin mampu menguasai kemampuan selanjutnya. Itu sebabnya, demi keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar patut diupayakan melalui berbagai cara yang tepat, tentunya oleh guru (Asher, 2008:13).   
Tujuan pembelajaran matematika di kelas VI SD, adalah, “Untuk melatih siswa berpikir sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya, tidak lekas percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (taat aturan). Hal ini dilakukan, antara lain melalui pelatihan penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian bilangan” (Fajariyah dan Triratnawati, 2008:6).         
Sementara itu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar, hasil belajar itu dapat dipahami sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua  bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor biologis dan faktor fsikologis.Sementara faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
           Faktor-faktor di atas akan menjadi patokan guna mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan materi ajar tertentu, termasuk di dalamnya adalah perkalian. Khusus untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran matematika maka hasil belajar tersebut adalah Hasil belajar siswa terhadap materi ajar perkalian, dinilai sangat penting, karena perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan Sumarno dan Sukahar (dalam Khotimah dkk., 2010:85), bahwa ‘Perkalian adalah penjumlahan berulang. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari’.
          Untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana tingkat hasil belajar perkalian pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis,  maka dilakukan evaluasi. Untuk kemudian data evaluasi masing-masing siswa dinilai dengan menggunakan ketentuan yang berlaku, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi dasar mata pelajaran matematika yang berlaku di sekolah. Hasilnya menunjukkan tujuh puluh lima persen (75%) siswa tingkat hasil belajarnya terhadap materi ajar perkalian masih kurang. Rata-rata nilai yang diperoleh mereka masih kurang dari nilai 6 (hasil evaluasi guru kelas VI SD Negeri Leuwinangung, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya).
          Bertolak dari kenyataan di atas, penulis merasa perlu meneliti permasalahan yang muncul agar siswa mampu menggunakan dasar perkalian, seperti: Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil, Faktor Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal Cerita Perkalian, dan lain-lain.
Timbulnya masalah yang tidak diharapkan itu sebagai akibat keterbatasan kemampuan mereka untuk dididik dalam memahami pelajaran. Akibat lain, sangat mungkin hal ini dikarenakan guru kurang mampu mengelola pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Sehingga, wajarlah apabila kemudian mereka berlaku asal belajar dan akhirnya kurang menguasai materi ajar.
Untuk mengatasi masalah di atas solusi yang diupayakan oleh penulis adalah mengelola pembelajaran perkalian berdasarkan langkah-langkah metode elaborasi. Dasar pertimbangan solusi ini ditempuh, antara lain:
1.      Terinsprirasi oleh temuan hasil penelitian Jaiyaroh (2006:87) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode elaborasi membuat siswa Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Melalui pembelajaran berorientasi PAKEM ini kinerja siswa dan guru lebih meningkat, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif, hasil belajar perkalian lebih optimal, dan hasil belajar matematika lebih memuaskan.
2.      Tingkat hasil belajar siswa dapat dikembangkan secara bertahap (step by step), memupuk tanggung jawab pribadi, meningkatkan kemandirian, menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode elaborasi. Keistimewaan metode elaborasi adalah bimbingan perseorangan sesuai kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif, sistematis, dan step by step. Siswa dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk membentuk kemandirian.
3.      Metode elaborasi belum pernah digunakan oleh guru kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, baik dalam pembelajaran perkalian maupun yang lain.
Besar harapan setelah mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode elaborasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
          Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Tentang Materi Ajar Perkalian Melalui Penggunaan Metode Elaborasi (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)”.
b.      Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, dapat di identifikasi adanya masalah sebagai berikut.
1.      Pentingnya perkalian dikuasai oleh siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, sebagai dasar kemampuan untuk mempelajari materi ajar matematika lainnya, seperti Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil, Faktor Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal Cerita Perkalian, dan lain-lain.
2.      Hampir setiap saat pada kebutuhan sehari-hari siswa dihadapkan pada persoalan yang berkaitan dengan perkalian. Pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis konsep ini belum sepenuhnya dikuasai, sehingga dapat menghambat hasil belajar konsep matematika selanjutnya.
3.      Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran perkalian menunjukkan tujuh puluh lima persen (75%) siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis belum berhasil yang ditunjukkan oleh rata-rata perolehan nilai mereka kurang dari 6.Fakta yang dapat disertakan untuk memperkuat kondisi tersebut, pada tabel berikut ini disertakan nilai hasil evaluasi masing-masing siswa yang penulis peroleh dari guru yang mengajarinya.
4.      Agar kemampuan siswa siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan dalam menguasai materi ajar perkalian, diperlukan  upaya yang tepat, salah satunya melalui metode elaborasi.
5.      Guru belum menemukan metode yang tepat guna membelajarkan siswa agar lebih mudah mempelajari materi ajar perkalian.
c.       Rumusan Masalah    
Bertolak dari batasan masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan secara lebih spesifik menjadi sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah langkah-langkah menggunakan metode elaborasi agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian?
2.      Bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian setelah digunakan metode elaborasi?
3.      Apakah penggunaan metode elaborasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian?
d.      Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah terkait dengan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis kurang sesuai dengan harapan, digunakan metode elaborasi. Penggunaan metode ini diyakini benar dapat mengatasi masalah tersebut. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu bahwa siswa yang sebelumnya kurang aktif dalam belajar dan hasil belajarnya kurang mencapai target optimal, setelah digunakan metode ini secara bertahap mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Keistimewaan dari metode ini, yaitu adanya bimbingan perseorangan sesuai kemampuan masing-masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif, sistematis, dan step by step.
e.       Tujuan Penelitian
Bertolak dari pokok masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah menggunakan metode elaborasi agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian.
2.      Untuk meningkatkan dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian setelah digunakan metode elaborasi.
3.      Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan metode elaborasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian.
F.     Kajian Teoridan Hipotesis Tindakan
a.      Kajian Teori
a)      Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).Menurut Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS.
b)     Hasil Belajar
Dikemukakan Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Hermawan, 2006:79).Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
c)      Hakikat Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika SD tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, seperti dikemukakan Suherman (2006: 55), yaitu: “(1) memiliki objek kajian yang abstrak (2) memiliki pola pikir deduktif konsisten”. Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat dipahami oleh siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya matematika untuk siswa-siswa usia dini di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses belajar-mengajar di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu, matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya, karena itu pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Keterampilan yang menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian).Untuk itu dalam pembelajaran matematika terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, dan (2) matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. Karena itu dua aspek matematika yang dikemukakan di atas, perlu mendapat perhatian yang proporsional (Syamsuddin, 2003: 11). Konsep yang sudah diterima dengan baik dalam benak siswa akan memudahkan pemahaman konsep-konsep berikutnya. Untuk itu dalam penyajian topik-topik baru hendaknya dimulai pada tahapan yang paling sederhana ketahapan yang lebih kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari lingkungan dekat anak ke lingkungan yang lebih luas.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Dalam Depdikbud (1993: 52) disebutkan bahwa “Pembelajaran matematika di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman pemahaman yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari”. Sementara itu menurut  Gipayana dkk., (2005:141) karakterisrik di antaranya meliputi menggunakan dunia nyata. 
d)     Metode Elaborasi
Dengan prinsip pembelajaran perseorangan sesuai kemampuan masing-masing siswa dan disusun secara sistematis step by step.Sistem belajar elaborasi berbeda dengan sistem belajar yang ada di kursus lain yang memberikan pelajaran secara sama rata. Sistem belajar berdasarkan metode elaborasi adalah “sistem belajar perseorangan yang mengembangkan kemampuan setiap individu anak”.Keistimewaan metode elaborasi dibanding kursus lain adalah sebagai berikut: (1) pelajaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak, (2) mulai pelajaran dari hal mudah, dan (3) embentuk kemandirian belajar.
Adabeberapa butir yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan metode elaborasi dalam pembelajaran, yakni sebagai berikut.
1.      Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.      Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.      Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.      Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat suatu pembelajaran, seperti dikemukakan Mulyasa (2003:239), yakni sebagai berikut.
1.      Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran.      
2.      Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
3.      Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
4.      Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.      Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau  siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.
6.      Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Degeng (1988) dalam Degeng (1997) memberi kesimpulan bahwa isi pembelajaran yang diorganisasi yang berpijak pada karakteristik struktur isi bidang studi dapat meningkatkan perolehan belajar dan retensi dari pada perorganisasian pembelajaran dengan sekedar mengikuti urutan isi buku teks dan menjawab masalah pembelajaran ini. Reigeluth, Merril, Wilson, dan Spiller (1978), dalam Degeng (1997) memperkenalkan sebuah model preskriptif untuk menata, membuat sintetis, dan membuat rangkuman isi bidang studi. Model ini di sebut namaThe Elaboration Theory Of Instruction.
Kajian teoritik model elaborasi berkisar pada 4 bidang masalah, yang diacukan oleh Reigeluth dan Stein (1983, dalam Degeng, 1988, 1997) yaitu: selection (pemilihan), sequencing (penataan urutan), synthesizing (pembuatan struktur), dansummarizing (pembuatan rangkuman).Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata dan sesuai yang diujikan dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran dalam kondisi tertentu.
Keunggulan-keunggulan metode elaborasi berbeda dengan metode lain, dan ini belum tentu dimiliki dalam beberapa metode tersebut. Menurut Mulyasa dan beberapa ahli lainnya, seperti telah dijelaskan di atas, diperoleh gambaran keunggulan metode elaborasi, yakni sebagai berikut.
1.      Materi ajar dipelajari siswa secara bertahap.
2.      Pengelolaan materi ajar didasarkan pada tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. 
3.      Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membimbing dan mengarahkan siswa ke arah pembelajaran yang diharapkan.
4.      Pemberian tugas akan meningkatkan kematangan berpikir siswa terhadap materi ajar yang dipelajari.
5.      Mudah bagi guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa pada tingkat proses pembelajaran yang berdinamika sebagai dampak adanya metode elaborasi.
6.      Pembelajaran tidak akan terkesan membosankan karena aktivitas pembelajaran berorientasi PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Selain ada sisi keunggulannya, metode elaborasi pun tidak lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya:
1.      Perbedaan kemampuan awal peserta didik susah diprediksi upaya untuk mengatasinya, dan biasanya ini bisa di atasi setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran inti.
2.      Membutuhkan situasi yang benar-benar kondusif dan media pembelajaran yang tidak seadanya, harus bermutu, dan valid untuk materi yang dipelajari.
3.      Butuh waktu untuk mempejalari kesesuaian suatu metode elaborasi yang benar-benar efektif untuk mengatasi permasalahan siswa yang sejalan dengan materi ajar dan tujuan yang diinginkan tercapai setelah pembelajaran berlangsung.
b.      Hipotesis Tindakan
Bertolak dari pokok masalah penelitian ini dan kerangka teoretik di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penggunaan metode elaborasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian”.
G.    Metodologi Penelitian
a.      Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.


b.      Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memerlukan waktu lebih kurang dua bulan, yang terhitung sejak bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2010, yang berlangsung pada tahun pelajaran 2010/2011. Penetapan waktu tersebut mengacu pada kalender akademik sekolah.
c.       Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus yang diupayakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Namun, apabila selama dalam tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum mengalami peningkatan aktivitas dan hasil belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
d.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini, yaitu guru dan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis,  yang memasuki semester II tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa tersebut ada 16, yang terdiri atas 6 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang siswa berjenis kelamin perempuan.
e.       Desain Penelitian
Rencana tindakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian melalui penggunaan metode elaborasi akan ditempuh dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus tindakan menempuh tahapan berikut: (1) merencanakan tindakan (planning); (2) melaksanakan tindakan (acting); (3) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observing and evaluating); dan (4) melakukan refleksi (reflecting).
f.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam setiap siklus PTK ini menggunakan beberapa teknik berikut.
1.      Teknik observasi diupayakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama berinteraksi dalam KBM pada masing-masing siklus PTK. Kegiatan yang dilakukan pengamat selama proses pengumpulan data melalui teknik ini antara lain merekam dan mencatat semua peristiwa yang sedang berlangsung dari awal hingga akhir masing-masing siklus PTK.
2.      Teknik wawancara diupayakan untuk memperoleh data tanggapan secara lisan dari guru dan siswa sehubungan dengan beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan situasi KBM yang telah berlangsung pada masing-masing siklus PTK.
3.      Teknik tes diupayakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memenuhi setiap  tuntutan pembelajaran pada masing-masing siklus PTK.   
g.   Instrumen Penelitian
Instrumen yang dugunakan untuk setiap teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi: (1) lembar obeservasi, (2) lembar wawancara, (3) lembar soal, dan (4) lembar angket.
h.      Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1.      Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran pada masing-masing siklus PTK, dianalisis  dengan cara menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.      Aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.      Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara menganalisis tingkat kemampuan guru dalam memenuhi setiap tuntutan proses pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan dimaksud, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun tindak lanjut hasil pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK.
H.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
Deskripsi Siklus 1
  Penelitian tindakan kelas siklus 1 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.      Perencanaan Tindakan (Planning)
1)      Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 1 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)      Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 1.
2.      Pelaksanaan Tindakan (Acting)
1)      Guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Guru menjelaskan materi ajaran perkalian.
3)      Guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Guru menjelaskan tentang pokok bahasan perkalian.
6)      Guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada pembelajaran sebelumnya.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar. Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus 2.
3.      Pengamatan (Observing)
1)      Pengamat mengamati aktivitas guru dan mengamati/menilai sikap siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Adapun hasilnyatertuang pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 1
No.
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
7,50
Baik
2
Ketekunan
7,50
Baik
3
Tanggung jawab
8,00
Sangat Baik
4
Konsultasi
7,47
Baik
5
Solusi
7,47
Baik
6
Kerja sama
8,00
Sangat Baik
7
Kemandirian
7,66
Baik
Rata-rata
7,66
Baik

Pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi, dari 32 siswa memiliki nilai rata-rata 7,66 dengan kategori baik.
Tabel 4.2
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 1
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50  _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
6 Siswa
4 Siswa
6 Siswa
-

          Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok bahasan perkalian: (1) 6 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 4 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 6 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 6 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
2)      Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 1, seperti pada tabel 2 dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.3 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.3
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 1
No
Aspek
Nilai
Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,56
Baik
2
Menggunakan
7,50
Baik
3
Mengembangkan
7,58
Baik
Rata-rata
7,55
Baik

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan variasi metode elaborasi berorientasi konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,55 dengan kategori baik.
Tabel 4.4
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
5 siswa
5 siswa
6 siswa
-

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 5 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 5 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 6 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasiyang dilakukan dua orang pengamat, seperti tertuang pada lampiran 7.Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.5 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.5
Data Keaktifan Guru pada Siklus 1
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,40
8,60
8,50
Baik
2
Kefektifan
8,33
8,33
8,33
Baik
3
Kemampuan
8,50
8,62
8,56
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Nilai Kategori
4
Fasilitas media
8,00
8,00
8,00
Baik
Jumlah
33,23
33,55
33,39

Rata-rata
8,20
8,38
8,34


Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi pada siklus 1, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 1, dari 16 orang siswa semuanya memahami materi ajar perkalian.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 1, seperti pada tabel 3, dapat pada tabel 4.6 (data keberhasilan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi pada siklus 1), dan tabel 4.7 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 1), seperti berikut.
Tabel 4.6
Data Keberhasilan  Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 1
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
8,53
Sangat Tinggi
2
Kecepatan
7,62
Tinggi
3
Kesesuaian
7,59
Tinggi
4
Kuantitas
7,84
Tinggi
5
Kualitas
7,81
Tinggi
Rata-rata
7,87
Tinggi

 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam memahami materi ajar matematika tentang perkalianmemiliki nilai rata-rata kelas 7,87 dengan kategori  tinggi.
Tabel  4.7
Data Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
5 siswa
5 siswa
6 siswa
-

         Tabel 4.7 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 5 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 5 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Dari 16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 6 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 16 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 1, seperti pada tabel 3 dapat dilihat pada tabel 4.8 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 1) dan tabel 4.9 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 1), sebagai berikut.

Tabel 4.8
Data Keberhasilan Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 1
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,48
Sedang
2
Kemampuan kognitif
7,55
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,62
Tinggi
Rata-rata
7,55
Tinggi

Tabel di atas menunjukkan keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan oleh unjuk kerja yang memiliki nilai rata-rata 7,55 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.9
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
7 siswa
3 siswa
6 siswa


        Tabel 4.9 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam unjuk kerja pada pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, komposisinya sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 6 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
         Hasil proses pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan oleh hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa seperti terlihat pada grafik 1, seperti di bawah ini.
Grafik 1
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 1

Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada grafik 1 di atas. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi, dan 3 orang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      11 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 2 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
3)      6 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      9 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      10 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 14 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      5 siswa dengan kategori sangat baik, dan 19 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)      8 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan apektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      8 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 1, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran mtematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, adalah sebagai berikut: (1) mutu tindakan masih kurang sempurna menurut pendapat peneliti walaupun oleh observer dikategorikan baik; (2) kecukupan waktu masih mengalami kendala sebab kondisi siswa usai libur panjang. Artinya, konsentrasi belajar siswa masih kurang; (3) ketentuan belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang; dan (4)  kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 1 tersebut diperbaiki pada tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
Deskripsi Siklus 2
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan siklus 2 dikembangkan berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Pada tahap ini tim peneliti melakukan upaya sebagai berikut.      
1)      Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 2 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)      Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 2.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
          Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 2, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar matematika tentang materi ajar perkalian berdasarkan langkah-langkah metode elaborasi,  sesuai dengan rencana tindakan siklus 2, sebagai hasil refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)      Guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)      Guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Guru menjelaskan tentang hal-hal yang kurang dan belum dipahami siswa.
6)      Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 1.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8)      Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus 3.
3. Pengamatan (Observing)
          Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)      Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 2 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi,  dapat dilihat pada tabel 4.10 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 2) dan tabel 4.11 (data keaktifan siswa siklus 2), seperti berikut ini.

Tabel 4.10
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
7,56
Baik
2
Ketekunan
7,78
Baik
3
Tanggung jawab
7,53
Baik
4
Konsultasi
7,69
Baik
5
Solusi
7,75
Baik
6
Kerja sama
7,65
Baik
7
Kemandirian
7,62
Baik
Rata-rata
7,65
Baik

Pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  dari 16 siswa memiliki nilai rata-rata kelas 7,65 dengan kategori baik.
Tabel 4.11
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 2
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50  _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
6 Siswa
6 Siswa
4 Siswa
-

          Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 6 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 6 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 4 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 4 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa.Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 2, seperti pada tabel 7 dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.12 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 2), sebagai berikut.





Tabel 4.12
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,66
Baik
2
Menggunakan
7,57
Baik
3
Mengembangkan
7,61
Baik
Rata-rata
7,61
Baik

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata kelas 7,61 dengan kategori baik.
Tabel 4.13
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
7 siswa
3 siswa
6 siswa
-

        Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 3 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 6 orang siswa dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 6orang siswa lainnya masih terkategori cukup.Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode elaborasi berorientasi konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer.Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.14 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.14
Data Keaktifan Guru pada Siklus 2
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,50
8,40
8,45
Baik
2
Kefektifan
8,50
8,40
8,50
Baik
3
Kemampuan
8,62
8,38
8,50
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
4
Fasilitas media
9,00
8,00
8,50
Baik
Jumlah
34,62
33,18
33,95

Rata-rata
8,65
8,30
8,48


        Tabel 4.14 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 2, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
2.      Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 2, dari 16 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 2, seperti pada tabel 8, dapat pada tabel 4.15 (data keberhasilan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 2), dan tabel 4.16 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 2), seperti berikut.
Tabel 4.15
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
7,65
Tinggi
2
Kecepatan
7,68
Tinggi
3
Kesesuaian
7,81
Tinggi
4
Kuantitas
7,71
Tinggi
5
Kualitas
7,84
Tinggi
Rata-rata
7,74
Tinggi

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam memahami materi ajar matematika tentang pokok bahasan perkalian memiliki nilai rata-rata kelas 7,74 dengan kategori  tinggi.










Tabel  4.16
        Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
7 siswa
3 siswa
6 siswa
-

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Dari 16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 6 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.Dari 16 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 2, seperti pada tabel 8 dapat dilihat pada tabel 4.17 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 2) dan tabel 4.18 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 2), sebagai berikut.
                                                               Tabel 4.17
                                            Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 2
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,60
Tinggi
2
Kemampuan kognitif
7,70
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,74
Tinggi
Rata-rata
7,68
Tinggi

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa, dalam unjuk kerja siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata 7,68 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.18
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
SangatTinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
750  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
8 siswa
3  siswa
5 siswa
-

 Tabel 4.18 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi ditunjukkan dengan unjuk kerja siswa, dengankomposisi sebagai berikut: (1) 8 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 5 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan dengan hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa seperti tampak pada grafik 2, berikut ini.

Grafik 2
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 2
Baik keberhasilan dan kelemahan matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada grafik di atas. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      8 orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 3 0rang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      2 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 2 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
3)      1 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      1 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      1 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 16 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      1 siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)      1 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      2 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
         Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 2, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, adalah sebagai berikut.      
1)      Menurut pendapat peneliti, mutu tindakan masih agak sempurna walaupun oleh observer dikategorikan baik.
2)      Ketersedian waktu tidak mengalami kendala, sebab konsolidasi dan arahan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara optimal.
3)      Ketuntasan belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang menurun jumlahnya.
4)      Kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 2 diperbaiki pada tindakan siklus  3 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat lagi.
Deskripsi Siklus 3
Penelitian tindakan kelas siklus 3 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.      Perencanaan Tindakan (Planning)
         Pada tahap perencanaan tindakan siklus 3, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 3. Setiap kegiatan yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya.Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut.
1)      Tim peneliti menyusun rencana pelaksanaan matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus 3 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)      Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 3.
2.      Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 3, guru dan siswa melaksanakan matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sesuai dengan rencana tindakan siklus 3, sebagai hasil refleksi siklus 2. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)      Guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)      Guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)      Guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil belajarnya dengan kategori sedang.
4)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)      Guru menjelaskan tentang materi ajar perkalian.
6)      Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 3.
7)      Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8)      Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus berikutnya.
3.      Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, yaitu sebagai berikut.  
1)      Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 3 seperti pada daftar tabel 11 dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  dapat dilihat pada tabel 19 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 3) dan tabel 4.20 (data keaktifan siswa siklus 3), seperti berikut ini.
Tabel 4.19
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
1
Disiplin
8,39
Sangat Baik
2
Ketekunan
8,37
Sangat Baik
3
Tanggung jawab
8,37
Sangat Baik
4
Konsultasi
8,22
Sangat Baik
5
Solusi
8,28
Sangat Baik
6
Kerja sama
8,56
Sangat Baik
7
Kemandirian
7,59
Baik
Rata-rata
8,04
Sangat Baik

Pada tabel 4.19, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi,  dari 16 siswa memiliki nilai rata-rata 8,04 dengan kategori sangat baik.
Tabel 4.20
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 3
Kategori Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8.00
7,50 _  7,99
7,00   _   7,49
6,00   _   6,99
13 Siswa
2 Siswa
1 Siswa
-

           Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 13 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 2 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 1 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 1 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
2)      Pada waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 3, seperti pada tabel 2 dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.21 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.21
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
1
Mengingat
7,81
Baik
2
Menggunakan
7,77
Baik
3
Mengembangkan
7,88
Baik
Rata-rata
7,82
Baik

         Tabel 4.21 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata kelas 7,82 dengan kategori baik.
Tabel 4.22
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
12 siswa
2 siswa
2 siswa
-

          Tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan  dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 12 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 2 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 2 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 2 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasiyang dilakukan dua orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7.Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.23 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.23
Data Keaktifan Guru pada Siklus 3
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
1
Strategi pengajaran
8,50
8,40
8,45
Baik
2
Kefektifan
8,40
8,60
8,05
Baik
3
Kemampuan
8,60
8,40
8,05
Baik
No
Aspek
Nilai Observer I
Nilai Observer II
Nilai Rata-rata
Kategori
4
Fasilitas media
8,80
8,00
8,04
Baik
Jumlah
34,30
33,40
33,85

Rata-rata
8,76
8,46
8,61


        Tabel 4.23 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 3, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 3, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang perkalian.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 3, seperti pada tabel 13, dapat pada tabel 4.24 (data keberhasilan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 3), dan tabel 4.25 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 3), seperti berikut.
Tabel 4.24  Data Keberhasilan                                                                                  dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
1
Kecermatan
8,56
Sangat Tinggi
2
Kecepatan
8,06
Sangat Tinggi
3
Kesesuaian
7,53
Tinggi
4
Kuantitas
8,09
Sangat Tinggi
5
Kualitas
7,50
Tinggi
Rata-rata
7,95
Tinggi

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam memahami materi ajar matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasimemiliki nilai rata-rata kelas 7,95 dengan kategori  tinggi
Tabel  4.25
Data Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00  _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
14 siswa
1 siswa
1 siswa
-

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  sebagai berikut: (1) 14 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 1 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 1 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Dari 16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 1 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 16 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 3, seperti pada tabel 14 dapat dilihat pada tabel 4.26 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 3) dan tabel 4.27 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.26
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 3
No
Aspek
Nilai Rata-rata
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
1
Kemampuan efektif
7,66
Sedang
2
Kemampuan kognitif
7,84
Tinggi
3
Kemampuan psikomotorik
7,83
Tinggi
Rata-rata
7,79
Tinggi

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa, dalam unjuk kerja siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata 7,79 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.27
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
>8,00
7,50  _  7,99
7,00   _  7,49
6,00  _  6,99
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
10 siswa
3 siswa
3 siswa


 Tabel 4.27 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasiditunjukkan dengan unjuk kerja siswa, dengan komposisi sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan  (3) 3 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi,  hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.











Grafik 3
Keberhasilan dan Kelemahan Siklus 3

Baik keberhasilan dan kelemahan matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada grafik 3 di atas.Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      9 orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 9 orang siswa dengan kategori tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)      1 orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 4 orang siswa dengan kategori baik, aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
3)      1 orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
4)      1 orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)      1 siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 10 orang siswa dengan kategori tinggi, berhasil memahami materi ajar.
6)      1 siswa dengan kategori sangat baik, dan 11 orang siswa dengan kategori baik dan aktif mengikuti unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian.
7)      1 orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan psikomotorik.
8)      1 orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 3, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, adalah sebagai berikut.
1)      Menurut pendapat peneliti maupun observer, mutu tindakan dikategorikan baik, akan tetapi bagi yang melanjutkan penelitian ini tingkatkan lagi.
2)      Ketersediaan waktu tidak mengalami kendala, sebab kondisi pembelajaran diatur secara bertahap, sehingga pembelajaran mengikuti jatah waktu yang sudah ditentukan pada tahap pembelajaran (lampiran 2) secara optimal.
3)      Ketuntasan belajar siswa semuanya tuntas, namun masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang.
4)      Kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 3 tersebut diperbaiki pada tindakan pembelajaran berikutnya dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
b.      Pembahasan
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi adalah sebagai berikut.
 Grafik 4
  Peningkatan Pemahaman Siswa

Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasitampak pada grafik 4, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)      Nilai rata-rata keberhasilan dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasidari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang disebabkan oleh mutu tindakan.
2)      Nilai keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.

        Grafik 5
                 Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa

Peningkatan aktivitas unjuk kerja siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi pada setiap siklusnya, dapat dilihat pada grafik 5, yang menunjukkan sebagai berikut.
1)      Nilai rata-rata keberhasilan dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang disebabkan oleh mutu tindakan.
2)      Nilai keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 6
Hasil Perubahan Pengembangan Pembelajaran

Hasil peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasidapat dilihat pada grafik 6, yang menunjukkan sebagai berikut.
1)      Nilai pengamatan kemampuan dan fasilitas dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3, menyatakan rata-rata dengan kategori baik, berarti ada perubahan kea rah yang lebih baik setelah mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
2)      Nilai dari hasil pengamatan fasilitas pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya daya tarik siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
3)      Nilai pengamatan strategi pengajaran dan keefektifan rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya perencanaan strategi pengajaran yang baik dapat berakibat pada efisiensi waktu/ketersediaan waktu.
4)      Hasil belajar tuntas, seiring meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
I.       Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah menggunakan metode elaborasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian,  baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 diawali dengan menyusun rencana pelaksanakan pembelajaran. Langkah selanjutnya, guru dan siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sesuai dengan rencana. Selama proses sedang berlangsung, aktivitas dan hasil belajar siswa dievaluasi dan ditindaklanjuti secara cermat.
2.      Penggunaan metode elaborasi dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa.
J.      Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief, Aminudin. 1989. Dinamika Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng, I Nyoman Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era Kesemrawutan Global, Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan. Jakarta: Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989. Ilmu Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988. Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati, M. 1989. Landasan Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati, M. dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart and  Winston.
Gagne, R.M & Briggs, J.L. 1988. Principles of  Instuctional Technology Second Edition. New York: Holt, Rinehart and  Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Contextual Teaching and Learning. Ciamis: Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006.Pedoman Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin, Anwar. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun, Akbar. 2006. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.
Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

1 komentar:

  1. SlotCity Casino Hotel and Spa in Harrisburg, PA - Mapyro
    Find and compare slotCity 대전광역 출장샵 Casino Hotel 양산 출장마사지 and Spa in Harrisburg, Pennsylvania. Get 공주 출장샵 directions, 공주 출장안마 reviews and information for SlotCity 하남 출장마사지 Casino Hotel in

    BalasHapus