A.
Judul
Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika
Tentang Materi Ajar Perkalian Melalui Penggunaan Metode Elaborasi (PTK pada
Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun
Pelajaran 2010/2011)
B.
Nama Penulis
Musaroh,
S.Pd.SD (Guru SD Negeri 2 Legokjawa)
C.
Bidang Kajian
Perkalian
pada Matematika Kelas VI SD
D.
Abstrak
ABSTRAK
Kata Kunci: Peningkatan, Aktivitas
dan Hasil Belajar, Perkalian, Metode Elaborasi
Sebelum
penelitian ini dilakukan, dapat diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
tentang materi ajar perkalian, kurang sesuai dengan harapan. Diduga kuat hal
ini disebabkan oleh pengelolaan proses pembelajaran kurang dilakukan secara
profesional oleh guru. Penggunaan metode yang kurang tepat, menjadi salah satu
bagian dari sebab akibat terjadinya persoalan ini.Untuk mengatasinya digunakan metode
elaborasi. Adapun pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, pertama
terkait dengan langkah-langkah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian dengan menggunakan
matode elaborasi,dan kedua terkait dengan efektivitas penggunaan model tersebut
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam rangka itu
berpegang pada teori serta metodologi yang telah ditetapkan.Bertolak dari sini
direncanakan dua siklus kegiatan pembelajaran. Dalam setiap tahapnya menempuh
langkah-langkah berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(4) refleksi. Setelah prosesi tersebut ditempuh oleh guru dan siswa, serta
setiap kegiatan yang berlangsung diamati oleh pengamat, akhirnya diperoleh data
untuk diolah atau dianalisis.Berdasarkan hasil analisis atau pembahasan
terhadap data hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk
menjawab pokok masalah penelitian, yakni sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah
menggunakan metode elaborasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
tentang materi ajar perkalian, baik pada
siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 diawali dengan menyusun rencana
pelaksanakan pembelajaran. Langkah selanjutnya, guru dan siswa melaksanakan
pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, sesuai dengan rencana. Selama proses sedang
berlangsung, aktivitas dan hasil belajar siswa dievaluasi dan ditindaklanjuti
secara cermat.
2.
Penggunaan
metode elaborasi dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian,
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD
Negeri 2 Legokjawa.
E.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Masalah
Keberhasilan
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar, khususnya di Sekolah
dasarakan menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran matematika pada
jenjang pendidikan berikutnya. Hal ini dapat dimaklumi, tentunya dengan
berbagai alasan yang normatif, terutama karena pada jenjang pendidikan dasar
ini siswa dibekali dengan berbagai kemampuan dasar matematika, seperti yang
telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah dasar
khususnya untuk Mata Pelajaran Matematika di masing-masing kelas. Tanpa
memiliki kemampuan yang sangat mendasar ini, tidak mungkin mampu menguasai
kemampuan selanjutnya. Itu sebabnya, demi keberhasilan pembelajaran matematika
pada jenjang pendidikan dasar patut diupayakan melalui berbagai cara yang
tepat, tentunya oleh guru (Asher, 2008:13).
Tujuan
pembelajaran matematika di kelas VI SD, adalah, “Untuk melatih siswa berpikir
sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya, tidak lekas
percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (taat aturan). Hal ini
dilakukan, antara lain melalui pelatihan penambahan, pengurangan, pembagian,
dan perkalian bilangan” (Fajariyah dan Triratnawati, 2008:6).
Sementara
itu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar, hasil belajar
itu dapat dipahami sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
melaksanakan pengalaman belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor biologis dan faktor
fsikologis.Sementara faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor di atas akan menjadi
patokan guna mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran
matematika dengan materi ajar tertentu, termasuk di dalamnya adalah perkalian.
Khusus untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran matematika maka hasil
belajar tersebut adalah Hasil belajar siswa terhadap materi ajar perkalian,
dinilai sangat penting, karena perkalian mendasari beberapa konsep matematika
lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan Sumarno dan Sukahar (dalam Khotimah dkk.,
2010:85), bahwa ‘Perkalian adalah penjumlahan berulang. Perkalian mendasari
beberapa konsep matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan
persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari’.
Untuk mengetahui sudah sampai sejauh
mana tingkat hasil belajar perkalian pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, maka dilakukan evaluasi. Untuk kemudian data
evaluasi masing-masing siswa dinilai dengan menggunakan ketentuan yang berlaku,
yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi dasar mata
pelajaran matematika yang berlaku di sekolah. Hasilnya menunjukkan tujuh puluh
lima persen (75%) siswa tingkat hasil belajarnya terhadap materi ajar perkalian
masih kurang. Rata-rata nilai yang diperoleh mereka masih kurang dari nilai 6
(hasil evaluasi guru kelas VI SD Negeri Leuwinangung, Kecamatan Cipatujah,
Kabupaten Tasikmalaya).
Bertolak dari kenyataan di atas,
penulis merasa perlu meneliti permasalahan yang muncul agar siswa mampu
menggunakan dasar perkalian, seperti: Pembagian, Kelipatan Persekutuan
Terkecil, Faktor Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi
Pemecahan, Soal Cerita Perkalian, dan lain-lain.
Timbulnya
masalah yang tidak diharapkan itu sebagai akibat keterbatasan kemampuan mereka
untuk dididik dalam memahami pelajaran. Akibat lain, sangat mungkin hal ini
dikarenakan guru kurang mampu mengelola pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi mereka. Sehingga, wajarlah apabila kemudian mereka berlaku
asal belajar dan akhirnya kurang menguasai materi ajar.
Untuk
mengatasi masalah di atas solusi yang diupayakan oleh penulis adalah mengelola
pembelajaran perkalian berdasarkan langkah-langkah metode elaborasi. Dasar
pertimbangan solusi ini ditempuh, antara lain:
1.
Terinsprirasi
oleh temuan hasil penelitian Jaiyaroh (2006:87) yang menyimpulkan bahwa
pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode elaborasi membuat siswa Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Melalui pembelajaran berorientasi PAKEM ini
kinerja siswa dan guru lebih meningkat, proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif, hasil belajar perkalian lebih
optimal, dan hasil belajar matematika lebih memuaskan.
2.
Tingkat
hasil belajar siswa dapat dikembangkan secara bertahap (step by step), memupuk tanggung jawab pribadi, meningkatkan
kemandirian, menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode
elaborasi. Keistimewaan metode elaborasi adalah bimbingan perseorangan sesuai
kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif,
sistematis, dan step by step. Siswa
dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk
membentuk kemandirian.
3.
Metode
elaborasi belum pernah digunakan oleh guru kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, baik dalam pembelajaran perkalian maupun
yang lain.
Besar
harapan setelah mengikuti pembelajaran perkalian dengan menggunakan metode
elaborasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Tentang
Materi Ajar Perkalian Melalui Penggunaan Metode Elaborasi (PTK pada Siswa Kelas
VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis)”.
b.
Identifikasi
Masalah
Dari uraian di
atas, dapat di identifikasi adanya masalah sebagai berikut.
1.
Pentingnya
perkalian dikuasai oleh siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis, sebagai dasar kemampuan untuk mempelajari materi
ajar matematika lainnya, seperti Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil,
Faktor Persekutuan Terbesar, Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal
Cerita Perkalian, dan lain-lain.
2.
Hampir
setiap saat pada kebutuhan sehari-hari siswa dihadapkan pada persoalan yang
berkaitan dengan perkalian. Pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis konsep ini belum sepenuhnya dikuasai,
sehingga dapat menghambat hasil belajar konsep matematika selanjutnya.
3.
Berdasarkan
hasil evaluasi pembelajaran perkalian menunjukkan tujuh puluh lima persen (75%)
siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis belum
berhasil yang ditunjukkan oleh rata-rata perolehan nilai mereka kurang dari
6.Fakta yang dapat disertakan untuk memperkuat kondisi tersebut, pada tabel
berikut ini disertakan nilai hasil evaluasi masing-masing siswa yang penulis
peroleh dari guru yang mengajarinya.
4.
Agar
kemampuan siswa siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan dalam menguasai materi ajar perkalian,
diperlukan upaya yang tepat, salah
satunya melalui metode elaborasi.
5.
Guru
belum menemukan metode yang tepat guna membelajarkan siswa agar lebih mudah
mempelajari materi ajar perkalian.
c.
Rumusan
Masalah
Bertolak
dari batasan masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
dapat dirumuskan secara lebih spesifik menjadi sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah
langkah-langkah menggunakan metode elaborasi agar dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok
bahasan perkalian?
2.
Bagaimana
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika pokok bahasan perkalian setelah digunakan metode elaborasi?
3.
Apakah
penggunaan metode elaborasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan
perkalian?
d.
Cara Pemecahan
Masalah
Cara
pemecahan masalah terkait dengan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD
Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis kurang sesuai dengan
harapan, digunakan metode elaborasi. Penggunaan metode ini diyakini benar dapat
mengatasi masalah tersebut. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang
telah dilakukan peneliti terdahulu bahwa siswa yang sebelumnya kurang aktif
dalam belajar dan hasil belajarnya kurang mencapai target optimal, setelah
digunakan metode ini secara bertahap mengalami perubahan ke arah yang lebih
baik. Keistimewaan dari metode ini, yaitu adanya bimbingan perseorangan sesuai
kemampuan masing-masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif,
sistematis, dan step by step.
e.
Tujuan
Penelitian
Bertolak
dari pokok masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat ditentukan sebagai
berikut.
1.
Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah menggunakan metode elaborasi agar
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian.
2.
Untuk
meningkatkan dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian setelah
digunakan metode elaborasi.
3.
Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan metode elaborasi dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
pada pokok bahasan perkalian.
F.
Kajian Teoridan
Hipotesis Tindakan
a.
Kajian Teori
a) Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa
adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan
aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar,
meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa
yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang
bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka
serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).Menurut
Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1)
mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran
didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas
yang diberikan guru dalam LKS.
b) Hasil Belajar
Dikemukakan
Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah
yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Hermawan, 2006:79).Hasil
belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
c) Hakikat Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD
merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang
dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi anak
serta berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini
menunjukkan bahwa matematika SD tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki
matematika, seperti dikemukakan Suherman (2006: 55), yaitu: “(1) memiliki objek
kajian yang abstrak (2) memiliki pola pikir deduktif konsisten”. Matematika
sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat
dipahami oleh siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab
orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa
matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan
pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya matematika untuk siswa-siswa usia
dini di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses belajar-mengajar di SD
sehingga matematika dapat dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu,
matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya, karena itu
pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada
penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Keterampilan yang
menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-operasi hitung dasar
(penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian).Untuk itu dalam
pembelajaran matematika terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)
matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, dan (2) matematika
merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. Karena itu dua aspek
matematika yang dikemukakan di atas, perlu mendapat perhatian yang proporsional
(Syamsuddin, 2003: 11). Konsep yang sudah diterima dengan baik dalam benak
siswa akan memudahkan pemahaman konsep-konsep berikutnya. Untuk itu dalam
penyajian topik-topik baru hendaknya dimulai pada tahapan yang paling sederhana
ketahapan yang lebih kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari
lingkungan dekat anak ke lingkungan yang lebih luas.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3)
pengolahan data Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan
angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua
dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan
dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas
suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Dalam Depdikbud (1993: 52) disebutkan bahwa “Pembelajaran
matematika di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman
pemahaman yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari”. Sementara itu menurut
Gipayana dkk., (2005:141) karakterisrik di antaranya meliputi
menggunakan dunia nyata.
d) Metode Elaborasi
Dengan
prinsip pembelajaran perseorangan sesuai kemampuan masing-masing siswa dan
disusun secara sistematis step by step.Sistem
belajar elaborasi berbeda dengan sistem belajar yang ada di kursus lain yang
memberikan pelajaran secara sama rata. Sistem belajar berdasarkan metode
elaborasi adalah “sistem belajar perseorangan yang mengembangkan kemampuan
setiap individu anak”.Keistimewaan metode elaborasi dibanding kursus lain
adalah sebagai berikut: (1) pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing anak, (2) mulai pelajaran dari hal mudah, dan (3) embentuk
kemandirian belajar.
Adabeberapa butir
yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan metode elaborasi dalam
pembelajaran, yakni sebagai berikut.
1.
Pusat kegiatan
belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
2.
Pembelajaran
dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3.
Bangkitkan
motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupannya.
4.
Guru harus
segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta
didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa pendapat di
atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat suatu pembelajaran, seperti dikemukakan
Mulyasa (2003:239), yakni sebagai berikut.
1. Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran.
2. Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi
melalui interpretasi.
3. Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan
sebelumnya.
4. Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang
memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya
jawab, dan sebagainya.
5. Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin
tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak
bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.
6. Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu
proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Penelitian yang dilakukan
oleh Degeng (1988) dalam Degeng (1997) memberi kesimpulan bahwa isi
pembelajaran yang diorganisasi yang berpijak pada karakteristik struktur isi
bidang studi dapat meningkatkan perolehan belajar dan retensi dari pada
perorganisasian pembelajaran dengan sekedar mengikuti urutan isi buku teks dan
menjawab masalah pembelajaran ini. Reigeluth, Merril, Wilson, dan Spiller
(1978), dalam Degeng (1997) memperkenalkan sebuah model preskriptif untuk
menata, membuat sintetis, dan membuat rangkuman isi bidang studi. Model ini di
sebut namaThe Elaboration Theory Of
Instruction.
Kajian
teoritik model elaborasi berkisar pada 4 bidang masalah, yang diacukan oleh
Reigeluth dan Stein (1983, dalam Degeng, 1988, 1997) yaitu: selection (pemilihan), sequencing (penataan urutan), synthesizing (pembuatan struktur), dansummarizing (pembuatan rangkuman).Hasil
pembelajaran bisa berupa hasil nyata dan sesuai yang diujikan dapat dicapai
dengan menggunakan metode pembelajaran dalam kondisi tertentu.
Keunggulan-keunggulan metode elaborasi berbeda dengan
metode lain, dan ini belum tentu dimiliki dalam beberapa metode tersebut.
Menurut Mulyasa dan beberapa ahli lainnya, seperti telah dijelaskan di atas,
diperoleh gambaran keunggulan metode elaborasi, yakni sebagai berikut.
1.
Materi
ajar dipelajari siswa secara bertahap.
2.
Pengelolaan
materi ajar didasarkan pada tingkat kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan.
3.
Tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk membimbing dan mengarahkan siswa ke arah
pembelajaran yang diharapkan.
4.
Pemberian
tugas akan meningkatkan kematangan berpikir siswa terhadap materi ajar yang
dipelajari.
5.
Mudah
bagi guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa pada tingkat proses
pembelajaran yang berdinamika sebagai dampak adanya metode elaborasi.
6.
Pembelajaran
tidak akan terkesan membosankan karena aktivitas pembelajaran berorientasi
PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
Selain
ada sisi keunggulannya, metode elaborasi pun tidak lepas dari beberapa
kelemahan, di antaranya:
1.
Perbedaan
kemampuan awal peserta didik susah diprediksi upaya untuk mengatasinya, dan
biasanya ini bisa di atasi setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran inti.
2.
Membutuhkan
situasi yang benar-benar kondusif dan media pembelajaran yang tidak seadanya,
harus bermutu, dan valid untuk materi yang dipelajari.
3.
Butuh
waktu untuk mempejalari kesesuaian suatu metode elaborasi yang benar-benar
efektif untuk mengatasi permasalahan siswa yang sejalan dengan materi ajar dan
tujuan yang diinginkan tercapai setelah pembelajaran berlangsung.
b.
Hipotesis
Tindakan
Bertolak dari
pokok masalah penelitian ini dan kerangka teoretik di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penggunaan metode elaborasi dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
pada pokok bahasan perkalian”.
G.
Metodologi
Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian ini
bertempat di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memerlukan waktu lebih kurang dua bulan,
yang terhitung sejak bulan Februari sampai dengan
bulan Maret 2010, yang
berlangsung pada tahun pelajaran 2010/2011. Penetapan waktu
tersebut mengacu pada kalender akademik sekolah.
c.
Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga
siklus yang diupayakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Namun, apabila
selama dalam tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum mengalami
peningkatan aktivitas dan hasil belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
d.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini, yaitu guru dan siswa
kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang memasuki
semester II tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa
tersebut ada 16, yang terdiri atas 6 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan
10 orang siswa berjenis kelamin perempuan.
e. Desain Penelitian
Rencana tindakan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian melalui penggunaan metode
elaborasi akan ditempuh dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus
tindakan menempuh tahapan berikut: (1) merencanakan tindakan (planning); (2) melaksanakan tindakan (acting); (3) mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observing
and evaluating); dan (4) melakukan refleksi (reflecting).
f. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam setiap siklus PTK ini menggunakan
beberapa teknik berikut.
1. Teknik observasi diupayakan untuk mengumpulkan data
aktivitas guru dan siswa selama berinteraksi dalam KBM pada masing-masing
siklus PTK. Kegiatan yang dilakukan pengamat selama proses pengumpulan data
melalui teknik ini antara lain merekam dan mencatat semua peristiwa yang sedang
berlangsung dari awal hingga akhir masing-masing siklus PTK.
2. Teknik wawancara diupayakan untuk memperoleh data
tanggapan secara lisan dari guru dan siswa sehubungan dengan beberapa
pertanyaan yang diajukan terkait dengan situasi KBM yang telah berlangsung pada
masing-masing siklus PTK.
3. Teknik tes diupayakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memenuhi setiap tuntutan
pembelajaran pada masing-masing siklus PTK.
g.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang dugunakan untuk setiap teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini,
meliputi: (1) lembar obeservasi, (2) lembar wawancara,
(3) lembar soal, dan (4) lembar angket.
h.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran pada
masing-masing siklus PTK, dianalisis
dengan cara menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi. Kemudian
hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Aktivitas
siswa dalam pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK dianalisis dengan cara
menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam memenuhi tuntutan pembelajaran.
Kemudian hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Kemampuan
guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk masing-masing siklus PTK
dianalisis dengan cara menganalisis tingkat kemampuan guru dalam memenuhi
setiap tuntutan proses pembelajaran. Kemudian hasilnya dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan dimaksud, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun tindak lanjut hasil pembelajaran
untuk masing-masing siklus PTK.
H.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
a.
Hasil Penelitian
Deskripsi Siklus
1
Penelitian
tindakan kelas siklus 1 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan
tindakan (planning); (2) pelaksanaan
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.
Perencanaan
Tindakan (Planning)
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi
ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 1 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu,
antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil
belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)
Membuat
instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3)
Lembar Tes Siklus 1.
2.
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
1)
Guru
menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar
yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)
Guru
menjelaskan materi ajaran perkalian.
3)
Guru
membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Guru
menjelaskan tentang pokok bahasan perkalian.
6)
Guru
menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar, terutama
kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori sedang
pada pembelajaran sebelumnya.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar. Seluruh data yang harus didapat oleh observer,
yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang
didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa.
Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai
acuan perencanaan siklus 2.
3.
Pengamatan (Observing)
1)
Pengamat
mengamati aktivitas guru dan mengamati/menilai sikap siswa dalam pembelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan
metode elaborasi. Adapun hasilnyatertuang pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 1
No.
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan
dalam
Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,50
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Tanggung
jawab
|
8,00
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,47
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,47
|
Baik
|
6
|
Kerja
sama
|
8,00
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,66
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,66
|
Baik
|
Pada
tabel 4.1, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, dari 32
siswa memiliki nilai rata-rata 7,66 dengan kategori baik.
Tabel 4.2
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 1
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
6 Siswa
|
4 Siswa
|
6 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar
tentang pokok bahasan perkalian: (1) 6 orang siswa dengan ketegori sangat baik;
(2) 4 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 6 orang siswa dengan kategori
cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata
sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 6 orang siswa lainnya tingkat
keaktifannya masih dalam kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 1, seperti pada tabel 2 dalam
pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.3
(data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.3
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,58
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,55
|
Baik
|
Tabel
4.3 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang
siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan variasi metode elaborasi berorientasi
konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,55 dengan kategori baik.
Tabel 4.4
Data Keaktifan
Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori
Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
5 siswa
|
5 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel
4.4 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, sebagai
berikut: (1) 5 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 5 orang siswa
dengan kategori baik; dan (3) 6 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan
kategori baik, sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan
metode elaborasiyang dilakukan dua orang pengamat, seperti tertuang pada
lampiran 7.Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar
observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.5 (data hasil observasi aktivitas
guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.5
Data Keaktifan Guru pada Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,40
|
8,60
|
8,50
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,33
|
8,33
|
8,33
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,50
|
8,62
|
8,56
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Nilai
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
8,00
|
8,00
|
8,00
|
Baik
|
Jumlah
|
33,23
|
33,55
|
33,39
|
|
|
Rata-rata
|
8,20
|
8,38
|
8,34
|
|
Tabel
4.5 menunjukkan bahwa keaktifan guru dalam proses pembelajaran matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi pada siklus 1, komposisinya sebagai berikut: (1) strategi pengajaran
terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3) kemampuan terkategori
baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan
kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 1, dari 16 orang siswa semuanya
memahami materi ajar perkalian.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 1, seperti pada tabel 3, dapat
pada tabel 4.6 (data keberhasilan dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi pada siklus 1), dan tabel 4.7 (data keberhasilan siswa memahami
materi ajar siklus 1), seperti berikut.
Tabel 4.6
Data
Keberhasilan Pembelajaran Memahami
Materi Ajar Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,53
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,62
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,59
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,84
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,81
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,87
|
Tinggi
|
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam memahami materi ajar matematika
tentang perkalianmemiliki nilai rata-rata kelas 7,87 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.7
Data
Keberhasilan Siswa
dalam Memahami
Materi Ajar pada Siklus 1
Kategori
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 1
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
5 siswa
|
5 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan
belajar dari 16 siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sebagai berikut: (1) 5 orang siswa dengan
kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 5 orang siswa dengan kategori tinggi
(tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Dari
16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih
ada 6 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari
16 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran matematika tentang
materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun
rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada
siklus 1, seperti pada tabel 3 dapat dilihat pada tabel 4.8 (data keberhasilan
dalam unjuk kerja siklus 1) dan tabel 4.9 (data keberhasilan unjuk kerja siswa
siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.8
Data
Keberhasilan Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,48
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,55
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,62
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,55
|
Tinggi
|
Tabel
di atas menunjukkan keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam
pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan oleh unjuk kerja yang memiliki nilai
rata-rata 7,55 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.9
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori
Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
7 siswa
|
3 siswa
|
6 siswa
|
|
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan
belajar dari 16 orang siswa dalam unjuk kerja pada pembelajaran mata pelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan
metode elaborasi, komposisinya sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan
kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi
(tuntas); dan (3) 6 siswa dengan
kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan oleh hasil unjuk kerja dan keaktifan
siswa seperti terlihat pada grafik 1, seperti di bawah ini.
Grafik 1
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 1
Baik keberhasilan dan kelemahan pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada grafik
1 di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
7
orang siswa dengan kategori sangat tinggi, dan 3 orang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
11
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 2 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian
yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
3)
6
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
9
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin,
dan ketekunan.
5)
10
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 14 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
5
siswa dengan kategori sangat baik, dan 19 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
8
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan apektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
8
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi
kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 1, yang didapat dari hasil
diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran mtematika tentang
materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, adalah
sebagai berikut: (1) mutu tindakan masih kurang sempurna menurut pendapat
peneliti walaupun oleh observer dikategorikan baik; (2) kecukupan waktu masih
mengalami kendala sebab kondisi siswa usai libur panjang. Artinya, konsentrasi
belajar siswa masih kurang; (3) ketentuan belajar siswa semuanya tuntas namun
masih ada siswa yang nilainya dengan kategori sedang; dan (4) kelemahan atau kekurangan dalam tindakan
siklus 1 tersebut diperbaiki pada tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya
lebih meningkat.
Deskripsi Siklus 2
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan
tindakan siklus 2 dikembangkan berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Pada tahap
ini tim peneliti melakukan upaya sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi
ajarperkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 2 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2)
Membuat
instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3)
Lembar Tes Siklus 2.
2. Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Pada
tahap pelaksanaan tindakan (acting)
siklus 2, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar matematika
tentang materi ajar perkalian berdasarkan langkah-langkah metode elaborasi, sesuai dengan rencana tindakan siklus 2,
sebagai hasil refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya
sebagai berikut.
1)
Guru
menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar
yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)
Guru
menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Guru
membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Guru menjelaskan
tentang hal-hal yang kurang dan belum dipahami siswa.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada siklus 1.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
8)
Seluruh data
yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas
siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar
siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui
kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus 3.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas
guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap
pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang
observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)
Pada waktu
penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas
guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
penilaian sikap siklus 2 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, dapat dilihat pada tabel 4.10 (data keaktifan
dalam pembelajaran siklus 2) dan tabel 4.11 (data keaktifan siswa siklus 2),
seperti berikut ini.
Tabel 4.10
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,78
|
Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
7,53
|
Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,69
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,75
|
Baik
|
6
|
Kerja sama
|
7,65
|
Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,62
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,65
|
Baik
|
Pada
tabel 4.10, menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, dari 16
siswa memiliki nilai rata-rata kelas 7,65 dengan kategori baik.
Tabel 4.11
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 2
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
6 Siswa
|
6 Siswa
|
4 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sebagai berikut: (1) 6 orang siswa dengan
ketegori sangat baik; (2) 6 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 4 orang
siswa dengan kategori cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian keaktifan
belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 4 orang siswa
lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa.Rangkuman hasil
pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 2, seperti pada tabel 7 dalam
pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.12
(data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.12
Data Keaktifan
dalam Unjuk Kerja Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,66
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,57
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,61
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,61
|
Baik
|
Tabel 4.12
menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang siswa
dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata kelas
7,61 dengan kategori baik.
Tabel 4.13
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja
Siswa
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
7 siswa
|
3 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang
materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sebagai berikut: (1) 7 orang siswa dengan
kategori sangat baik; (2) 3 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 6 orang
siswa dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan sebagian
besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 6orang siswa
lainnya masih terkategori cukup.Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
elaborasi berorientasi konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer.Hasil
rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru
ditunjukkan pada tabel 4.14 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti
berikut ini.
Tabel 4.14
Data Keaktifan Guru pada Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,50
|
8,40
|
8,50
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,62
|
8,38
|
8,50
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
9,00
|
8,00
|
8,50
|
Baik
|
Jumlah
|
34,62
|
33,18
|
33,95
|
|
|
Rata-rata
|
8,65
|
8,30
|
8,48
|
|
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa keaktifan
guru dalam proses pembelajaran matematika tentang materi ajarperkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 2, komposisinya sebagai
berikut: (1) strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori
baik; (3) kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
2. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan
kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 2, dari 16 orang siswa semuanya
memahami materi ajar tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman
jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 2,
seperti pada tabel 8, dapat pada tabel 4.15 (data keberhasilan dalam
pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi siklus 2), dan tabel 4.16 (data
keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 2), seperti berikut.
Tabel 4.15
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam
Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
7,65
|
Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,68
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,81
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,71
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,84
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,74
|
Tinggi
|
Tabel
4.15 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 16 orang siswa
dalam memahami materi ajar matematika tentang pokok bahasan perkalian memiliki
nilai rata-rata kelas 7,74 dengan kategori
tinggi.
Tabel 4.16
Data
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
7 siswa
|
3 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel
4.16 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa
dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, sebagai
berikut: (1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang
siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori
sedang (tuntas).
Dari
16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih
ada 6 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.Dari 16
orang siswa semuanya mengikuti kegiatan pembelajaran matematika tentang materi
ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun
rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada
siklus 2, seperti pada tabel 8 dapat dilihat pada tabel 4.17 (data keberhasilan
dalam unjuk kerja siklus 2) dan tabel 4.18 (data keberhasilan unjuk kerja siswa
siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.17
Data Keberhasilan
dalam
Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,60
|
Tinggi
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,70
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,74
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,68
|
Tinggi
|
Tabel
4.17 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa,
dalam unjuk kerja siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang
materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi
memiliki nilai rata-rata 7,68 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.18
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori Keberhasilan Siswa
Memahami Materi Ajar
|
|||
SangatTinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
750 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
8 siswa
|
3 siswa
|
5 siswa
|
-
|
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa dalam pembelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan
metode elaborasi ditunjukkan dengan unjuk kerja siswa, dengankomposisi sebagai
berikut: (1) 8 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang
siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan
(3) 5 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil
proses pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan
dengan menggunakan metode elaborasi, ditunjukkan dengan hasil unjuk kerja dan
keaktifan siswa seperti tampak pada grafik 2, berikut ini.
Grafik 2
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 2
Baik keberhasilan dan kelemahan matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi dapat dilihat pada grafik di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
8
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 3 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
2
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 2 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan
dengan menggunakan metode elaborasi.
3)
1
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
1
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)
1
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 16 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
1
siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
1
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
2
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi
pelaksanaan tindakan siklus 2, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan
observer, pada proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan
dengan menggunakan metode elaborasi, adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti, mutu tindakan masih agak sempurna walaupun oleh observer
dikategorikan baik.
2)
Ketersedian
waktu tidak mengalami kendala, sebab konsolidasi dan arahan dalam pembelajaran
perlu dilakukan secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan
kategori sedang menurun jumlahnya.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 2 diperbaiki pada tindakan siklus 3 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat
lagi.
Deskripsi
Siklus 3
Penelitian
tindakan kelas siklus 3 menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan
tindakan (planning); (2) pelaksanaan
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Data masing-masing tahapan
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1.
Perencanaan
Tindakan (Planning)
Pada
tahap perencanaan tindakan siklus 3, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan
yang diupayakan agar berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus
3. Setiap kegiatan yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin
diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya.Adapun kegiatan dimaksud, sebagai
berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan matematika tentang materi ajar perkalian
yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi. Setiap komponen yang
direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan
siklus 3 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara lain: (1)
standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil belajar; (4)
tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar mengajar; (7) alat
dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 3.
2.
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 3, guru dan siswa melaksanakan matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, sesuai dengan
rencana tindakan siklus 3, sebagai hasil refleksi siklus 2. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Guru
menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan langkah-langkah belajar
yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan.
2)
Guru
menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Guru
membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Guru
menjelaskan tentang materi ajar perkalian.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada siklus 3.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
8)
Seluruh
data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan
aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil
belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk
diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus
berikutnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau
observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa sebagai
bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan dua kali.
Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, yaitu sebagai berikut.
1)
Pada
waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
penilaian sikap siklus 3 seperti pada daftar tabel 11 dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, dapat
dilihat pada tabel 19 (data keaktifan dalam pembelajaran siklus 3) dan tabel
4.20 (data keaktifan siswa siklus 3), seperti berikut ini.
Tabel 4.19
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan
dalam
Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
8,39
|
Sangat Baik
|
2
|
Ketekunan
|
8,37
|
Sangat Baik
|
3
|
Tanggung
jawab
|
8,37
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
8,22
|
Sangat Baik
|
5
|
Solusi
|
8,28
|
Sangat Baik
|
6
|
Kerja
sama
|
8,56
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,59
|
Baik
|
Rata-rata
|
8,04
|
Sangat Baik
|
Pada tabel 4.19, menunjukkan
bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, dari 16 siswa memiliki nilai rata-rata 8,04
dengan kategori sangat baik.
Tabel 4.20
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 3
Kategori Keaktifan Menganalisis
Materi Ajar
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50
_ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
13 Siswa
|
2 Siswa
|
1 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 16 siswa dalam memahami materi ajar matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, sebagai berikut: (1) 13 orang
siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 2 orang siswa dengan kategori baik; dan
(3) 1 orang siswa dengan kategori cukup. Dari 16 orang siswa, hasil penilaian
keaktifan belajar rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 1
orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 3, seperti pada tabel 2 dalam
pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi dapat dilihat pada tabel 4.21 (data keaktifan dalam unjuk kerja
siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.21
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,81
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,77
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,88
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,82
|
Baik
|
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 16 orang siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki
nilai rata-rata kelas 7,82 dengan kategori baik.
Tabel 4.22
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja
Siswa
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
12 siswa
|
2 siswa
|
2 siswa
|
-
|
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang
materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sebagai berikut: (1) 12 orang siswa dengan
kategori sangat baik; (2) 2 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 2 orang
siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan
kategori baik, sedangkan 2 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari
hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola matematika tentang materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasiyang dilakukan dua
orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7.Hasil rangkuman pengamatan
yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel
4.23 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.23
Data Keaktifan Guru pada Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai Observer
II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi
pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,40
|
8,60
|
8,05
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,60
|
8,40
|
8,05
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai
Observer I
|
Nilai
Observer II
|
Nilai
Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas
media
|
8,80
|
8,00
|
8,04
|
Baik
|
Jumlah
|
34,30
|
33,40
|
33,85
|
|
|
Rata-rata
|
8,76
|
8,46
|
8,61
|
|
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa keaktifan
guru dalam proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan
dengan menggunakan metode elaborasi siklus 3, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan
dan kelemahan hasil belajar siswa pada siklus 3, dari 32 orang siswa semuanya
memahami materi ajar tentang perkalian.Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi
dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 3, seperti pada tabel 13,
dapat pada tabel 4.24 (data keberhasilan dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi siklus 3), dan tabel 4.25 (data keberhasilan siswa memahami materi
ajar siklus 3), seperti berikut.
Tabel 4.24 Data
Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,56
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
8,06
|
Sangat Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,53
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
8,09
|
Sangat Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,50
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,95
|
Tinggi
|
Tabel
4.24 menunjukkan bahwa keberhasilan ketuntasan belajar dari 16 orang siswa
dalam memahami materi ajar matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasimemiliki nilai rata-rata kelas
7,95 dengan kategori tinggi
Tabel 4.25
Data
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Kategori
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada
Siklus 3
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum
Tuntas
|
14 siswa
|
1 siswa
|
1 siswa
|
-
|
Tabel
4.25 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, sebagai berikut: (1) 14 orang
siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 1 orang siswa dengan kategori
tinggi (tuntas); dan (3) 1 orang siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Dari
16 orang siswa, keberhasilan belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih
ada 1 orang siswa yang tingkat keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari
16 orang siswa semuanya mengikuti kegiatan matematika tentang materi ajar
perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.Adapun rangkuman
jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 3,
seperti pada tabel 14 dapat dilihat pada tabel 4.26 (data keberhasilan dalam
unjuk kerja siklus 3) dan tabel 4.27 (data keberhasilan unjuk kerja siswa
siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.26
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa
Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Kemampuan
efektif
|
7,66
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan
kognitif
|
7,84
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan
psikomotorik
|
7,83
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,79
|
Tinggi
|
Tabel
4.26 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan belajar dari 16 orang siswa,
dalam unjuk kerja siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi memiliki nilai rata-rata 7,79
dengan kategori tinggi.
Tabel 4.27
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa
Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
10 siswa
|
3 siswa
|
3 siswa
|
|
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa keberhasilan/ketuntasan
belajar dari 16 orang siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasiditunjukkan dengan unjuk kerja
siswa, dengan komposisi sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori
sangat tinggi (tuntas); (2) 3 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas);
dan (3) 3 siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Hasil
proses matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi, hasil
unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 3
Baik keberhasilan dan kelemahan matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi dapat dilihat pada grafik 3 di atas.Jelasnya mengenai hal itu,
sebagai berikut.
1)
9
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 9 orang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
1
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 4 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan
dengan menggunakan metode elaborasi.
3)
1
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
1
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)
1
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 10 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
1
siswa dengan kategori sangat baik, dan 11 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian.
7)
1
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
1
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan
siklus 3, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasi, adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti maupun observer, mutu tindakan dikategorikan baik, akan
tetapi bagi yang melanjutkan penelitian ini tingkatkan lagi.
2)
Ketersediaan
waktu tidak mengalami kendala, sebab kondisi pembelajaran diatur secara
bertahap, sehingga pembelajaran mengikuti jatah waktu yang sudah ditentukan
pada tahap pembelajaran (lampiran 2) secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas, namun masih ada siswa yang nilainya dengan
kategori sedang.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 3 tersebut diperbaiki pada tindakan
pembelajaran berikutnya dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
b.
Pembahasan
Peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam
matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan
metode elaborasi adalah sebagai berikut.
Grafik 4
Peningkatan
Pemahaman Siswa
Peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa matematika
tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode
elaborasitampak pada grafik 4, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasidari siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik
5
Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa
Peningkatan
aktivitas unjuk kerja siswa dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi pada setiap siklusnya, dapat
dilihat pada grafik 5, yang menunjukkan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi dari siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 6
Hasil Perubahan Pengembangan Pembelajaran
Hasil
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa
dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasidapat dilihat pada grafik 6, yang menunjukkan
sebagai berikut.
1)
Nilai
pengamatan kemampuan dan fasilitas dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3,
menyatakan rata-rata dengan kategori baik, berarti ada perubahan kea rah yang
lebih baik setelah mengikuti matematika tentang materi ajar perkalian yang
disajikan dengan menggunakan metode elaborasi.
2)
Nilai
dari hasil pengamatan fasilitas pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya daya tarik siswa
dalam matematika tentang materi ajar perkalian yang disajikan dengan
menggunakan metode elaborasi.
3)
Nilai
pengamatan strategi pengajaran dan keefektifan rata-rata dengan kategori sangat
tinggi, berarti adanya perencanaan strategi pengajaran yang baik dapat
berakibat pada efisiensi waktu/ketersediaan waktu.
4)
Hasil
belajar tuntas, seiring meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
I. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan terhadap pembelajaran matematika tentang materi
ajar perkalian yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, dapat
diambil simpulan sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah
menggunakan metode elaborasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika tentang materi ajar perkalian, baik pada siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3 diawali
dengan menyusun rencana pelaksanakan pembelajaran. Langkah selanjutnya, guru
dan siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian
yang disajikan dengan menggunakan metode elaborasi, sesuai dengan rencana.
Selama proses sedang berlangsung, aktivitas dan hasil belajar siswa dievaluasi
dan ditindaklanjuti secara cermat.
2.
Penggunaan
metode elaborasi dalam pembelajaran matematika tentang materi ajar perkalian,
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD
Negeri 2 Legokjawa.
J.
Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian
Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005.Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief,
Aminudin. 1989. Dinamika Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng,
I Nyoman Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era
Kesemrawutan Global, Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989.
Ilmu
Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988.
Pengorganisasian
Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan
Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar
Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati,
M. 1989. Landasan Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati,
M. dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne,
R.M & Briggs, J.L. 1988. Principles of
Instuctional Technology Second Edition. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi
Belajar Mengajar Berorientasi Contextual Teaching and Learning. Ciamis:
Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006.Pedoman Penyusunan Proposal dan
Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching
The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin,
Anwar. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun,
Akbar. 2006.
Penyusunan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran
Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model
Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta:Bumi Aksara.
Winkel,
WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
SlotCity Casino Hotel and Spa in Harrisburg, PA - Mapyro
BalasHapusFind and compare slotCity 대전광역 출장샵 Casino Hotel 양산 출장마사지 and Spa in Harrisburg, Pennsylvania. Get 공주 출장샵 directions, 공주 출장안마 reviews and information for SlotCity 하남 출장마사지 Casino Hotel in