A.
Judul
Peningkatan Penguasaan Siswa
terhadap Materi Ajar PKn Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PTK pada Siswa
Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis Tahun Pelajaran
2009/2010)
B.
Nama Penulis
Musaroh, S.Pd.SD (Guru SD Negeri 2
Legokjawa)
C.
Bidang Kajian
PKn
D.
Abstrak
ABSTRAK
Kata Kunci: Penggunaan Model
Pembelajaran Problem Based Learning,
Meningkatkan Penguasaan, Materi Ajar PKn
Sebelum
penelitian ini dilakukan, dapat diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa kelas
VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam pembelajaran PKn, kurang sesuai dengan harapan.
Diduga kuat hal ini disebabkan oleh pengelolaan proses pembelajaran kurang
dilakukan secara profesional oleh guru. Penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat, menjadi salah satu bagian dari sebab akibat terjadinya persoalan
ini. Untuk mengatasinya digunakan model Problem
Based Learning. Adapun pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini,
pertama terkait dengan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran ini, dan kedua
terkait dengan efektivitas penggunaan model tersebut dalam meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi ajar PKn yang dipelajar. Dalam rangka itu
berpegang pada teori serta metodologi yang telah ditetapkan. Bertolak dari sini
direncanakan dua siklus kegiatan pembelajaran. Dalam setiap tahapnya menempuh
langkah-langkah berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(4) refleksi. Setelah prosesi tersebut ditempuh oleh guru dan siswa, serta
setiap kegiatan yang berlangsung diamati oleh pengamat, akhirnya diperoleh data
untuk diolah atau dianalisis. Berdasarkan hasil analisis atau pembahasan
terhadap data hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk
menjawab pokok masalah penelitian, yakni sebagai berikut.
1.
Skor rerata aktivitas siswa
yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai
siklus 2. Pada siklus 1 keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan sebesar
15,22 %
2.
Skor rerata aktivitas siswa
yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus 1
sampai siklus 2. Pada siklus 1 rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan
sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 9,25 % mengalami penurunan
sebesar 12,01 %
3.
Skor rerata penguasaan siswa terhadap
materi ajar PKn yang telah dipelajari pada siklus 1 sebesar 7,01 % dan pada
siklus 2 sebesar 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan
belajar pada siklus 1 mencapai 74,82 % dan pada siklus 2 menjadi 89,96 %
4.
Berdasarkan temuan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan materi
ajar PKn yang telah dipelajari oleh siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
E.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk
memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi
Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa
Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak
asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi. Kehidupan yang demokratis di dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal,
dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan
prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian,
kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
dan suku bangsa. Untuk
menanamkan hal tersebut kepada siswa sekolah dasar, bukan hal yang mudah. Hal
ini seperti yang dialami siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa. Berdasarkan
hasil refleksi awal terhadap penguasaan materi ajar, sebagian besar kurang
mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik
dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran
yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran
sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu
faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai
Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana,
kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan
kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus
on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan
dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide
relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang
kaya dan kuat pada siswa.
Di sinilah guru dituntut
untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik
dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini
penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan penguasaan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa
terhadap materi ajar pada mata pelajaran PKn.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas, di
mana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul,
setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan persfektif yang berbeda di antara
mereka.
Menurut Mulyasa
“Pembelajaran aktif
dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan
guru bertindak sebagai fasilitator”. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan
sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar
mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian di atas
maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan
pembelajaran model “Problem Based Learning” untuk meningkatkan penguasaan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa terhadap materi ajar PKn
yang dipelajari.
b.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana langkah-langkah meningkatkan
penguasaan siswa terhadap penguasaan materi ajar pada mata pelajaran PKn
melalui penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning?
- Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar pada mata pelajaran PKn yang dipelajari?
- Sejauh manakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
c. Pemecahan Masalah
PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours”
membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi
pendidikan IPS yakni citizenship
transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek
akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya. Secara akademis PKn dapat
didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada
seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan
menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya
Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang
profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain
:
1. Kemampuan menguasai bahan ajar;
2. Kemampuan dalam mengelola kelas;
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar;
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.
Selanjutnya UNESCO (dalam Soedijarto, 2004 : 10-18) mencanangkan
empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning), yakni :
1. Learning to Know (penguasaan
ways of knowing or mode of inquire)
2. Learning to do (controlling, monitoring, maintening,
designing, organizing)
3. Learning to live together
4. Learning to be.
Berdasarkan uraian analisis permasalahan di atas, pendekatan model Problem Based Learning apabila
diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai
materi ajar mata pelajaran PKn yang dipelajari.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan siswa
kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PKn
yang dipelajari, sehinggga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan
menimbulkan kreativitas. Selain itu, juga meningkatkan profesionalisme guru
dalam mengelola proses pembelajaran PKn, agar dari pengelolaannya itu memberi
dampak ke arah mengaktifkan dan
menyenangkan siswa ketika mengikutinya.
F.
Kajian Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis Tindakan
a.
Kajian Teori
1.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui
penguatan (reinforcement), sehingga
terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai
hasil pengalaman (learning is a change of behaviour as a
result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural
Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah pada
kesempurnaan, misalnya
dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik
mencakup aspek pengetahuan (cognitive
domain), aspek afektif (afektive
domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric
domain). Belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu sebagai berikut.
1)
Learning to know, yaitu
suatu proses pembelajaran yang memungkinkan sisw a menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata
hanya memperoleh pengetahuan.
2)
Learning to do adalah pembelajaran
untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling,
Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan
sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan
mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan
orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik
3)
Learning to live
together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain
yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4)
Learning to be
adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan
dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut
ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu
pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan
toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu
mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten,
yang disebut emotional intelegence
(kecerdasan emosi).
2.
Hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan
kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam
rangka “nation and character building”, yakni sebagai berikut.
Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang
berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi,
antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai
landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep,
nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter
bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar
tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif
dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi
pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif
yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam,
tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat
sebagai pengalaman langsung (hand of
experience).
Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn,
pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui
‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model
pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing
democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali
mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa
sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara
menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis
kelas.
b.
Kerangka Pikir
1. Meningkatkan
hasil belajar PKn melalui model Problem
Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui
proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara
berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas,
bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta
bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk
masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan
budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman
tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari
hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian
diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus
menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara
interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai
subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses
belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar
hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran
yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran,
penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran
yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran
dengan model Problem Based Learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam
kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan
permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah
itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian di atas dapat
diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan
dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
2. Pendekatan
dan penerapan model Problem Based
Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran model Problem
Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti
apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi
dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar,
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan
memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya.
Dari pembahasan di
atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar
efektif dan kreatif, di mana siswa dapat membangun
sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri
melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya,
bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan
sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal
materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan
diskusi kelas).
c.
Hipotesis
Tindakan
1.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran PKn pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa.
2.
Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran efektif, aktif dan
kreatif.
G.
Metodologi Penelitian
a.
Desain
Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research), yaitu suatu penelitian yang
dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan
siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang
terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni
perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap
siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
|
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi,
nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias
siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa
dalam melaporkan hasil.
Instrumen yang digunakan
berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis
untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
b.
Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis pada
siswa kelas VI, dengan
jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 24 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan sedang berlangsung.
c.
Waktu
Penelitian
Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan
bulan Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2009.
d.
Prosedur
Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan
1)
Identifikasi masalah dan penetapan alternative
pemecahan masalah.
2)
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
3)
Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4)
Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5)
Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah. (PBL).
6)
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang
dibutuhkan.
7)
Menyusun lembar kerja siswa
8)
Mengembangkan format evaluasi
9)
Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2.
Tindakan
1)
Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran.
2)
Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
3)
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang
terdapat pada buku sumber.
4)
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang
dipelajari.
5)
Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah
dipersiapkan oleh guru.
6)
Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
7)
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
3. Pengamatan
1)
Melakukan observasi dengan memakai format observasi
yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk
mengumpulkan data.
2)
Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar
kerja siswa (LKS).
4. Refleksi
1)
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi
evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2)
Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi
tentang skenario
pembelajaran dan lembar kerja siswa.
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi,
untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
1)
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan
belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2)
Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
3)
Pengembangan program tindakan II.
2. Tindakan
Pelaksanaan
program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus
I, sesuai dengan alternatif
pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) Guru
melakukan appersepsi
2) Siswa
yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
3) Siswa
mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
4) Siswa
bertanya jawab tentang gambar / foto.
5) Siswa
menceritakan unsur-unsur
materi ajar yang dipelajari
yang ada pada gambar.
6) Siswa
mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar,
memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7) Presentasi
hasil diskusi.
8) Siswa
menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
3. Pengamatan
1)
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah
disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
2)
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.
4. Refleksi
1)
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II
berdasarkan data yang terkumpul.
2)
Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran
pada siklus II.
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil
evaluasi untuk digunakan pada siklus III
4)
Evaluasi tindakan II
Indikator
keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal
10% dari siklus I.
e.
Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi
proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran
berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, di mana para siswa dilatih untuk berani
mengeluarkan pendapat dan/atau berbeda pendapat tentang materi ajar yang dipelajari.
Belajar PKn serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi/ minat siswa, kerjasama dan
partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam
catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa
terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil menguasai materi melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah
berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ajar PKn dan aktivitas siswa ditetapkan
sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Nilai Penguasaan Materi Ajar
No
|
NIlai
|
Kriteria
|
1
|
< 5,9
|
Kurang
|
2
|
6,0 – 7,50
|
Sedang
|
3
|
7,51 – 8,99
|
Baik
|
4
|
9,00 – 10
|
Baik Sekali
|
Tabel 2. Kriteria Aktivitas Siswa yang Relevan
No
|
NIlai
|
Kriteria
|
1
|
< 50
|
Kurang
|
2
|
60 – 69
|
Sedang
|
3
|
70 – 89
|
Baik
|
4
|
90 – 100
|
Baik Sekali
|
H.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil
Penelitian
Pembelajaran PKn di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai
evalusi pada akhir siklus.
Hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 3. Data Aktivitas Siswa yang
Relevan dengan Pembelajaran
No |
Indikator |
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Keberanian siswa dalam bertanya
dan mengemukakan pendapat
|
52,75%
|
69,44%
|
2
|
Motivasi dan kegairahan dalam
mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok )
|
63,82%
|
83,35%
|
3
|
Interaksi siswa dalam mengikuti
diskusi kelompok
|
72,25%
|
88,32%
|
4
|
Hubungan siswa dengan guru
selama kegiatan pembelajaran
|
75,00%
|
91,66%
|
5
|
Hubungan siswa dengan siswa
lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)
|
77,65%
|
86,11%
|
6
|
Partisipasi siswa dalam
pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu
mengikuti petunjuk guru).
|
80,55%
|
94,45%
|
Rata -Rata
|
70,33%
|
85,55%
|
Berdasarkan tabel 3 di atas,
terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada
siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1, yaitu sebesar 12,42%.
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan
pembelajaran terlihat pada tabel
4.
Tabel 4. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No
|
Indikator
|
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Tidak
memperhatikan penjelasan guru
|
27,75%
|
13,88%
|
2
|
Mengobrol
dengan teman
|
19,44%
|
8,33%
|
3
|
Mengerjakan
tugas lain
|
16,60%
|
5,50%
|
Rata
– rata
|
21,26%
|
9,25%
|
Berdasarkan tabel 4 di atas
terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran
pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1, yaitu sebesar 12,01%.
Data penguasaan siswa
terhadap materi ajar dan
ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut.
Tabel
5. Data Penguasaan Siswa terhadap Materi Ajar dan
Ketuntasan Belajar Siswa
No
|
Aspek
yang diamati
|
Ketercapaian
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Nilai
Rata-rata pemahaman HAM
|
7,01%
|
7,80%
|
2
|
Siswa
yang telah tuntas
|
74,82%
|
89,96%
|
3
|
Siswa
yang belum tuntas
|
16,52%
|
7,88%
|
Berdasarkan tabel 5 di atas,
nilai rata-rata penguasaan siswa
terhadap materi ajar mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang
mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15,14%.
b.
Pembahasan
Siklus 1
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang. Setiap anggota
kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap
kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu pada buku pegangan.
Hasil pengamatan guru menunjukkan pada pembahasan siklus 1, terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan
dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 di atas
terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan
skor pada siklus 1 52,75
% menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69 %. Begitu pun pada indikator
motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus 1 rata-rata 63,82 % dan pada
siklus 2 83,35 %
mengalami kenaikan 19,53 %. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti
diskusi kelompok pada siklus 1
yaitu 72,25 % dan pada siklus 2, yaitu 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam
indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus 1 mencapai 75 % dan pada
siklus 2 mencapai 91,66
% mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan
siswa, pada siklus 1 mencapai
77,65 % sedangkan pada siklus 2
mencapai 86,11 % mengalami kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator
partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihat pada siklkus 1 mencapai 80,55 %, sedangkan pada
silklus 2 mencapai
94,45 % mengalam kenaikan sebesar 13,9 %.
Melalui model Problem Based
Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena
guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra
untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creative learning, yaitu
melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini.
Dengan model Problem Based Learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan
efisien, yaitu belajar
bagaimana cara belajar (learning how to
learn). Dalam metode learning how to
learn guru hanya sebagai guide
(pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam
mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji
setiap persoalan, setiap kasus terkait
dengan materi ajar PKn yang dipelajari.
Dalam model Problem Based
Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau
gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca
daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling
mengajukan argumentasi
dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru
kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi
atau modalitas auditorial
(gaya belajar auditorial).
Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar
uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu
membuktikan teori ke dalam
praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok
belajar yang memiliki potensi atau modalitas kinestetik (gaya belajar kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong pada tipe belajar
konvergen, di mana siswa memiliki kekuatan otak kiri
lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas di atas prosentasi ketercapaian pada siklus 1 mengalami peningkatan yang signifikan
pada siklus 2, maka
dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang
dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar PKn yang
dipelajari.
I.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu:
1. Skor
rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan
dari siklus 1 sampai
siklus 2. Pada siklus 1 keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 %
mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
2. Skor
rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami
penurunan dari siklus 1
sampai siklus 2. Pada
siklus 1 rerata skor
aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 9,25 % mengalami
penurunan sebesar 12,01 %
3. Skor
rerata penguasaan siswa
terhadap materi ajar PKn yang
telah dipelajari pada siklus 1 sebesar 7,01 % dan pada siklus 2 sebesar 7,80 %, tergolong
baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus 1 mencapai 74,82 % dan pada siklus 2 menjadi 89,96 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat
meningkatkan penguasaan materi
ajar PKn yang telah dipelajari oleh siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis.
J.
Daftar Pustaka
Abdullah,
H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan
Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia
Affan
Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka
Pelajar
Alfian,
1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES
Anonim,
1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi
Nasional Hak Asasi Manusia
, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, Jakarta
Arikunto,
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,
Bina Aksara
Asshiddiqie,
Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945,
Jogjakarta, FHUII Press
BP7 Pusat,
1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat
Budimansyah,
Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penilaian
Portofolio, Bandung, PT. Genesindo
Budiardjo,
Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Depdiknas,
2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2006, Jakarta, Depdiknas
Gabriel A.
Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara
Kaelan, MS,
2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Lemhanas,
2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno,
Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Jakarta, Gramedia
Malian,
Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia, Jogjakarta, UII Press
Republik
Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi
Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar